Satanic Verses

berawal dari bulan januari 1989. dimana beberapa orang muslim imigran dari pakistaN menemukan sebuah novel di inggris berjudul ‘Satanic Verses’. mereka membakar novel tersebut di pusat kota. Berminggu2 kemudian, berita mengenai novel ini membesar oleh pemberitaan.
Adalah sang pengarang, Salman Rushdie, yang di anggap paling bertanggung jawab atas reaksi Pakistan dan iran atasnya. Di pakistan, kerusuhan yang melibatkan 10 ribu demonstran memakan 6 orang korban jiwa setelah mereka menyerang American Cultural Center, yang jelas tidak ada sangkut pautnya dengan ini. Khomeini, penguasa Iran, memfatwakan hukuman mati bagi Salman Rushdie.
Rushdie sendiri memperoleh anugerah sastra. Namun Umat Islam yang merasa terluka tidak pernah padam amarahnya. Mereka merasa keyakinannya diserang sehingga pada kemudiannya, setiap usaha ofensif yang berupa celaan dan kritik terhadap umat islam dan ajarannya, dapat berisiko sangat fatal bagi seseorang dan organisasinya.
Reaksi akibat Satanic Verses sepertinya keterlaluan. Para penterjemahnya bahkan terancam mati. Faktanya, penerjemah Satanic Verses di Norwegia tewas di tusuk. Di Italia dan Jepang juga bernasib sama. Di turki, beruntung sang penerjemah dapat lari dari hotel yang dibakar, walaupun ada 37 orang yang tidak dapat lari dan hangus terpanggang.
Dan serentetan kematian pun menghantui para sastrawan, bukan hanya di amerika tapi juga di negara lain. Farag Forda yang melakukan kritik di mesir tertembak mati. Naguib Mahfuz, kandidat peraih nobel sastra, ditikam karena novelnya. Masih beruntung nasib Nasr Hamid Abu Zayd yang keluarganya di pisahkan oleh pengadilan karena pendapatnya bahwa qur’an merupakan ungkapan2 metafora.

Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 License