Pengambilan keputusan secara etis

Sebagian besar kehidupan kita sehari2 diwarnai oleh pengambilan keputusan secara etis. Perhatikan situasi berikut. Saat anda selesai bekerja, anda menjemput anak anda yang masih kecil dari rumah pengasuhnya dan singgah sebentar di sebuah super market untuk membeli beberapa barang untuk menyambut kedatangan saudara anda yang akan berkunjung malam ini. Di toko, anda bertemu seorang teman dan anda berbincang2 sebentar dengannya. Anda berbicara tentang hujan yang tak turun2, tentang diskon di bagian pakaian dan keinginan untuk potong rambut. Selama itu, anak anda berjalan melihat2 aneka macam kue di bagian makanan.

Ini kelihatannya peristiwa singkat, namun dalam pikiran anda terdapat pengambilan keputusan secara etis yang berlanjut berdasarkan nilai2 dasar yang anda yakini. Anda membiarkan anak anda berjalan melihat2 karena anda ingin ia tumbuh sebagai seorang yang mandiri dan penuh rasa ingin tahu. Teman anda adalah sahabat yang memberi anda kekuatan dan dukungan selama bertahun2. Ia pernah mencucikan pakaian anda selama ayah anda sakit selama sebulan. Anda tahu bahwa anaknya punya masalah dengan narkoba sehingga anda berhati2 berbicara mengenainya sambil mencermati air mukanya dan nada suaranya.

Mendadak anda menghentikan pembicaraan dan berlari menyelamatkan anak anda yang hampir tertimpa susunan gelas. Disini anda peduli dan berusaha menyelamatkan seseorang yang anda cintai. Sekali lagi, sebuah keputusan etis.

Lembaga filantropi

Lembaga2 filantropi adalah lembaga yang misinya menciptakan lingkungan sosial yang memungkinkan kreativitas, skill dan pemahaman atas 'hidup yang lebih baik' yang di kembangkan bebas dalam masyarakat. Lembaga ini berbasis pada keputusan etis untuk mengalirkan energi moral untuk masyarakat. Seperti yang di ibaratkan sebagai rumah penggilingan oleh Jane Adams.
Sebagai mahluk biologis yang memiliki kecerdasan tinggi, kita menggunakan seni, budaya dan simbol agama serta upacara2 untuk menunjukkan perbedaan kita. Plato berkata "penyair mendapat kekuatan mereka dari air mancur di taman dan bisikan para dewi. Kekuatan itu terbang laksana lebah. Cahayanya terbang dan suci masuk menjadi inspirasi di luar indera sang penyair. Dimana ia tak lagi berpikir.". Seperti halnya metafora Plato ini, banyak organisasi filantropis memakai ekspresi inspirasi suci dengan seni dan agama untuk menopang masyarakat.

Gotong Royong

"Gotong royong yang sukarela…. adalah sumbangan yang begitu berharga bagi kehidupan" demikian pendapat Dewey. Beliau menyatakan bahwa gotong royong adalah sebuah penghargaan atas kesetaraan dalam masyarakat. Ini adalah lawan dari paksaan atau koersi. "Bergotong royong dengan memberi mereka yang berbeda, kesempatan untuk berekspresi bukan hanya hak asasi seseorang, namun juga cara untuk memperkaya pengalaman hidup individu." Contohnya adalah sumbangan atas korban bencana alam. Bila sumbangan ini ditentukan penggunaannya hanya oleh penderma, maka ada kemungkinan aset tersebut tidak bekerja optimal. Sebaliknya, bila terdapat gotong royong untuk mendistribusikan ayat tersebut untuk fasilitas kesehatan dan perumahan dsb, efeknya menjadi maksimal. Sang penderma dapat menyetarakan dirinya dengan penerima sumbangan dan ikut melihat hasil nyata dari sumbangannya. Inilah gotong royong yang sukarela yang dimaksud oleh Dewey.

Simpati

Ada sebuah kasus menarik untuk dibahas mengenai pengambilan keputusan secara etis. Adolf Eichmann adalah seorang yang normal dalam hal memiliki integritas tinggi pada pekerjaannya. Tahun 1938, beliau memimpin pusat emigrasi yahudi dan sangat berhasil dalam menanganinya, terutama dalam menggalang dana amal untuk membiayai kepulangan kaum yahudi yang miskin. Namun di masa Hitler, beliau dipekerjakan sebagai bagian imigrasi, yang memulangkan kembali 11 juta yahudi tersebut ke kamp konsentrasi untuk dibantai. Dan ia sama sekali tidak merasa bersalah atas hal itu. Menurut Hannah Arendt, yang membahas secara detil kasus ini, Eichman tidak peduli dengan apapun yang tidak berhubungan langsung dengan pekerjaannya sebagai kepala bagian transportasi, baik secara teknis maupun birokrasi.

Ketidak mampuan Eichmann berpikir ari sudut pandang orang lain jelas terlihat pada perbendaharaan bahasanya yang sangat miskin dan penuh klise. NAZI memang terkenal dalam keahliannya memanipulasi bahasa. Lihat saja tulisan di gerbang konsentrasi, "Kerja adalah kebebasan". Atau slogan SS nya, "Kehormatanku adalah kesetiaanku." Dan slogan dari pusat pembantaian yahudi di Auschwitz dan treblinka sebagai "Yayasan penyumbang kepedulian sosial". Kisah Eichmann menunjukkan dimensi dari etika yang lenyap, yaitu simpati. Ia berpikir bahwa ia membantu yahudi selamat saat menggiring mereka keluar dari wilayah pendudukan NAZI. Ia tidak dapat memahami perasaan orang yahudi mengenai tindakannya. Eichmann juga tidak memahami kegiatannya dalam konteks yang lebih luas. Ia benar2 tidak perduli dengan kenapa orang2 yahudi itu di kirim dan apa yang akan terjadi pada mereka di tempat tujuan.

Adalah sebuah hal yang terlihat kecil bagi kita, namun memiliki dimensi etis yang sama dengan yang dibahas dalam kasus Eickmann, mengenai masalah yang kita temukan saat ini. Kita tahu bahwa dampak merokok bagi kesehatan seperti kecanduan, penyakit jantung dan kanker. Namun uang dari perusahaan rokok, telah mendanai layanan2 vital masyarakat. Sebagai contoh, PT Gudang Garam telah menyumbang bagi pembangunan kota kediri secara mendasar dari jalan dan lampu penerangan, sumbangan pembangunan infrastruktur dari lampu jalan, pembangunan Gedung Nasional, hingga fasilitas umum seperti pasar dan pos polisi, tetapi juga kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja Hingga 3 mobil antipeluru kepresidenan.
Apakah konsisten dengan etika bila organisasi2 kesehatan menerima sumbangan dari sebuah perusahaan rokok?

Kesetaraan gender

Berapa sering anda menemukan wanita yang digoda laki2 yang ia tidak kenal di jalan. Sapaan atau perilaku yang melecehkan dan menyerang secara seksual. Wanita secara fisik lebih lemah dari pria dan cenderung menjadi korban dalam pelecehan seksual. Parahnya, dinegara dengan hukum islam, wanita yang diperkosa malah dihukum cambuk. "Tujuh orang pemuda Arab memperkosa seorang gadis di Arab Saudi, namun ironisnya sang gadis juga dihukum cambukSelain dihukum cambuk, wanita korban perkosaan tersebut juga dipenjara selama 6 bulan."
Memang sebagian besar pria jelas bukanlah pemerkosa dan tidak pernah menyerang seorang wanita secara seksual. Namun, kadangkala justru pria2 ini yang jadi kena getahnya. Adalah rasional bag wanita untuk bersikap curiga pada seorang lelaki yang baru ditemuinya. Adalah rasional bagi seorang wanita untuk mengulur2 waktu dalam mempercayai seorang pria yang sudah dikenalnya. Anda bisa melihat bagaiamana pandangan curiga seorang wanita kepada laki2 yang kebetulan berdua bersama dengannya dalam satu lift. Hal tersebut semata2 keputusan etis yang dipilih oleh wanita dalam lingkungan dimana kesetaraan gender belum tercapai.

Referensi:

Hannah Arendt. Eichmann in Jerusalem : A report on the banality of Evil. New York: Penguin. 1994.
Jane Addams. A modern Lear, survey 29, 1912. Cetak ulang 1994.
John Dewey. The Moral writings of John Dewey. Amherst, New York: PRometheus books. 1994
Marylin Fischer. Ethical fund raising : Deciding what is right. Advancing philanthropy. 1994
Plato. Ion. The dialogues of Plato. Vol 4. Translation by Benjamin Jowett

Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 License