Kerumitan Menunjukkan Desain

Klaim:

"Darwin tidak mampu, atau mungkin tidak ingin menemukan alat tubuh seperti itu, ketika tingkat pengetahuan di abad ke-19 masih amat hijau. Namun, ilmu pengetahuan di abad ke-20 telah mempelajari hingga perincian terkecil dan membuktikan bahwa sebagian besar struktur kehidupan menunjukkan kerumitan yang tak tersederhanakan. Karenanya, Teori Darwin telah “dengan mutlak” jatuh, tepat seperti yang ia takutkan."
(Harun Yahya dalam PENDAHULUAN buku KEAJAIBAN DESAIN DI ALAM)

Sanggahan:

1. Ini adalah salah satu contoh dari argumen tentang keraguan . Kenyataannya, beberapa organ rumit, yang sebelumnya di klaim sebagai tidak dapat berevolusi, telah terbukti berevolusi, termasuk mata, mekanisme pertahanan kumbang pengebom, lidah pelatuk, dll.

2. Mekanisme evolusioner memang terjadi pada evolusi kerumitan, karena mutasi tak mematikan cenderung menambah komponen baru pada sistem sederhana daripada dibuang (Soyer and Bonhoeffer 2006). Abstract dari Lenski et al. (2003, 139) dapat dikutp seluruhnya:

Sebuah tantangan lama pada teori evolusi adalah apakah ia dapat menjelaskan asal dari fitur organisme rumit. Kami memeriksa isu ini memakai organisme digital — program komputer yang mereplikasi diri, bermutasi, berkompetisi dan berevolusi. Populasi organisme digital sering mengalami evolusi pada kemampuan melakukan fungsi logika rumit yang membutuhkan eksekusi koordinasi banyak instruksi genomik. Fungsi rumit berevolusi dengan membangun sebuah fungsi yang lebih sederhana yang telah berevolusi sebelumnya, menyediakan bahwa ini juga dibantu secara selektif. Walau begitu, tidak ada tahap intermediet tertentu yang mendasar untuk mengevolusi fungsi rumit. Genotip pertama mampu melakukan fungsi rumit berbeda dari leluhur mereka yang tidak dapat dalam hanya satu atau dua mutasi, namun berbeda dari nenek moyangnya dalam banyak mutasi yang juga penting bagi fungsi baru. Dalam beberapa kasus, mutasi yang merusak saat muncul memberikan sebuah batu loncatan dalam evolusi fitur rumit. Penemuan ini menunjukkan bagaimana fungsi rumit dapat berasal dari mutasi acak dan seleksi alam.

Referensi:

Lenski, Richard E., Charles Ofria, Robert T. Pennock and Christoph Adami. 2003. The evolutionary origin of complex features Nature 423: 139-144. http://myxo.css.msu.edu/papers/nature2003/ (See also NSF, 2003, above.)

Soyer, Orkun S. and Sebastian Bonhoeffer. 2006. Evolution of complexity in signaling pathways. Proceedings of the National Academy of Science USA 103: 16337-16342.

Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 License