Dekonversi Dari Islam
Table of Contents

MA

Perjalanan saya menuju kebebasan
2005/11/13
Perjalanan saya ke satu-satunya dunia sejati, sulit bagi saya menulis mengenai kebencian yang saya bawa untuk agama secara umum, islam dan Muhammad secara khusus.
Saya adalah pria berusia 22 tahun yang menjelajahi separuh dunia sebagai anak dan separuh lagi sebagai orang dewasa. Saya lahir di Arab Saudi dalam keluarga Syria.
Perjuangan saya bermula saat saya anak-anak bahkan sebelum saya tahu saya ada. Saat saya lahir ayah saya memberi nama yang sangat unik; saya satu-satunya yang mempunyai nama itu. Ayah saya mendaftarkan nama saya di Arab Saudi tapi agen pemerintah menolak nama saya, dan setelah beberapa kali berusaha ayah saya berhasil.
Saya berkeliling dengan ayah saya ke beberapa negara, sebagian besar negara barat, karena masih kecil saya tidak tahu banyak kecuali mendengarkan cerita keluarga saya. Kemudian saya sekolah di Saudi dan itulah saat saya dikenalkan dengan paksa pada sebuah agama yang seharusnya tidak ada. Saya ingat jelas kalau kami tidak punya cukup uang untuk sekolah swasta maka saya masuk sekolah negeri. Itu adalah tahun terburuk dalam hidup saya, guru saya sering datang ke kelas dan meletakkan kakinya yang kotor ke atas meja dan tertidur ber jam-jam. Lalu ia bangun dan mulai memukuli kami dengan karet yang ia tarik dari engsel jendela. Saya belajar keras dan ibu saya menjaga saya. Saya selalu bagus nilainya di kelas. Saya adalah juara kelas. Namun saat naik kelas, mereka selalu meletakkan dua atau tiga warga Saudi asli di tempat teratas. Saya tahu ini kedengarannya lamban, Saya tahu saya lahir disini namun saya tidak dipandang sebagai pribumi. Faktanya mereka memperlakukanmu seolah kamu binatang. Saya ingat kalau mereka memberi hadiah mainan pada anak-anak peringkat teratas di kelas. Saya tidak pernah dapat, saya selalu bertanya. Kenapa? Itu tidak adil! Dan tiap kali ini terjadi saya pulang dan belajar lebih keras lagi, namun tanpa penghargaan. Mereka harus meletakkan seorang pribumi di ranking teratas walau bagaimanapun. Saya tidak ingat kapan tepatnya itu tapi di salah satu tahun saat muslim terbunuh di Eropa Timur atau begitu kata mereka. Mereka senang menyanyikan lagu religius yang sering kita dengar sekarang dalam video pemenggalan teroris. Saya membenci mereka. Mereka tidak memainkan alat musik dan hanya ada suara anak-anak, itu saja.
Bertahun-tahun kemudian kami pindah ke sebuah negara barat selama setahun, dan itulah saat saya mulai memahami apa yang terjadi. Saudara saya dan saya meninggalkan negara itu untuk belajar di SMP dengan kerabat saya, sementara keluarga saya kembali ke Saudi karena alasan finansial. Sebagai remaja dan jauh dari keluarga adalah pengalaman yang sulit namun dengan sendirinya menjadi jendela saya pada dunia. Setahun kemudian kami pulang ke Saudi setelah menyadari kesulitan mulai lenyap. Ayah saya menyekolahkan saya di sekolah swasta terbaik yang bisa ia temukan. Saya menghabiskan sebagian besar masa SMP saya dan tahun pertama SMA disana. Saya katakan kalau saya sepenuhnya tidak belajar apa-apa disana. Empat tahun hidup saya terbuang percuma. Walaubegitu, kamu akan pergi kesekolah awal sekitar jam enam dan berdiri berbaris dan melakukan latihan paling buruk yang ada pada umat manusia, diperintahkan oleh seorang pecundang Mesir dengan gelar palsu dalam pendidikan jasmani. Lalu mendengarkan apa yang mereka sebut Nasyid Alsabah. Selama setengah jam berdiri disana seperti tentara semua memakai pakaian unrealistik dan jelek (thub), dan mentoleransi kepedihan saat satu demi satu guru memeriksa dirimu dan mencari kesalahan sekecil-kecilnya dari mu sehingga mereka bisa memburumu seperti permainan harimau. Kami akan naik ke tangga untuk masuk ke kelass dimana bila ada satu hal yang bagus yang saya katakan adalah adanya beragam kebangsaan di kelas itu. Ada orang Mesir, Syria, India, Sudan; sebutkan saja, mereka ada disana. Kami harus belajar 17 hingga 24 mata pelajaran dalam setahun. Berarti 8 pelajaran sehari. Lima atau enam darinya adalah pelajaran agama: Tauhid, Quran, Tajwid, Fiqih, Hadist dan Tafsir.
Kami harus mengikuti dua atau tiga pelajaran agama setiap hari. Saya ingat kalau mereka memaksa saya pergi kesebuah perkumpulan islami setiap rabu. Oh itu mengesalkan. Saya membenci setiap pelajaran – tidak perduli apa; sains agama, sejarah bahkan Penjaskes. Mereka semua diarahkan pada satu tujuan yaitu membesarkan tuhan dan bagaimana kami harus percaya kepada kebesaranNya dst. Setiap halaman bahkan buku sains punya paling tidak satu atau dua ayat dari Quran atau hadist. Ini demi membuktikan pada siswa berpikiran lemah kalau tuhan ada disitu. Guru Quran saya paling membenci saya. Karena saya pernah tinggal setahun di negara barat yang menunjukkan kalau saya sangat buruk dalam hal Arab dan agama. Saya tidak bisa membaca Quran pada tingkat yang mereka inginkan. Maka mereka mengkritik saya karena itu. Guru akan memberi kami berlembar-lembar halaman untuk dihapal dalam semalam atau dua malam.
Saya hidup dengan menyedihkan, walau saya adalah yang terbaik di kelas. Saya tahu sains, geografi dan pelajaran lain begitu baik karena saya menikmati pengetahuan ini, tapi saya sepenuhnya membenci agama. Saya tidak dapat menghapal hal-hal tak masuk akal. Saya pandai dalam logika dan mata pelajaran analitik, namun tidak baik dalam menghapal. Jadi, setiap ujian saya sangat jelek.
Saya ingat kalau guru agama saya, yang mestinya bukan menjadi orang dengan keyakinan dan kejujuran seperti itu memeri saya jawaban sehingga ia dapat pulang kerumah awal. Sekarang saya sadar betapa konyolnya ia. Sekitar jam 12 kami mesti keluar dan sholat. Sedikit sekali dari kami yang sholat. Saya tahu sebagian siswa sering tertawa, berbicara dan bahkan bergurau saat sholat. Saya selalu sholat percaya dengan sesuatu tapi selalu ragu mengenai keberadaan Tuhan. Jadi saya mulai lalai, dan mereka mulai mengetahuinya. Saat itulah dimana saya mesti berhadapan dengan diri saya sendiri dan saya selalu menanyakan bagaimana kita bias hidup dan siapa yang menciptakan kita dst. Mereka selalu menemukan alas an religius untuk tidak membicarakan masalah ini. Mereka membenci saya, mereka tahu kalau saya adalah orang yang tidak pernah meninggalkan kebenaran. Saya adalah pejuang bagi mereka yang tidak mampu berbicara dan berdiri sendiri. Saya mulai terkenal di kelas dan sekolah saya. Mereka tahu saya berbeda namun mereka tidak pernah tahu dimana perbedaannya. Inilah saat saya mulai menyadari kalau keyakinan saya salah dan membuka mata saya pada kebenaran. Saya tidak dapat menyerukannya dengan lantang namun saya dapat berdebat dan tidak pernah gagal dalam debat.
Mereka mengendalikan setiap aspek hidup kami. Dari gaya rambut hingga panjang rambut kemaluan kita, mereka adalah monster yang tidak percaya pada apapun kecuali Allah. Saya ingat saat pelajaran agama mereka mengajarkan untuk menyerang orang barat dan Israel. Saya tidak pernah melupakan kebencian yang mereka bawa pada agama lain dan kafir (orang yang tidak beriman). Mereka benar-benar percaya bila anda meninggalkan islam atau menjadi kafir maka anda harus dipenggal. Pikiran dan tindakan mereka tidak dapat dipercaya. Saya disana dan mengalaminya langsung. Mereka mengajarkan kami terorisme. Mereka menanamkan benih kebencian dan diskriminasi pada pikiran kami. Mereka memukul kami karena tidak sholat, berpuasa atau bahkan melihat perempuan. Saya sampai-sampai bermimpi dapat melihat wanita. Saya dimanipulasi secara mental. Namun saya menerimanya dan memprosesnya dan mengambil kesimpulan logis saya sendiri. Saya tidak pernah melupakan ceramah mereka di mesjid, dimana mereka mengkhutbahkan ancaman pada jemaah, memanipulasi pikiran dan perasaan jemaah agar berjuang pada sesuatu yang tidak ada manfaatnya.
Saya muak pada setiap detik yang saya habiskan sebagai seorang muslim. Saya malu pada diri sendiri karena percaya islam bahkan untuk satu detik. Saya kehilangan banyak hal pada islam ini. Saya kehilangan sebagian besar hidup saya pada sesuatu yang dibuat orang lain.
Untungnya sekarang saya tinggal di Negara tercinta Amerika Serikat, dan ya ini Negara saya hingga saya mati. Saya akan memerangi musuhnya dimanapun ia berada. Saya akan mengorbankan hidup saya pada Merah Putih Biru. Untuk mereka yang kehilangan nyawanya sebelum saya untuk menjamin kemerdekaan saya dan mencari kebenaran di negeri yang hebat ini.
Saya pindah ke AS saat saya SMA. Itulah saat saya mulai menyebut diri saya ateis. Saya adalah seorang ateis yang bangga sekarang. Sulit bagi ibu saya menerima saya tapi ayah saya sangat berpikiran terbuka dan iapun mulai menyebut dirinya ateis. Sekarang saya bisa berkata kalau saya telah merubah ratusan bila tidak ribuan kehidupan. Saudara laki-laki saya menjadi ateus juga. Ibu saya dalam tahap perjuangan finalnya dengan islam. Saya memposting dimana saja saya bisa untuk menunjukkan kedunia wajah buruk islam. Saya telah merubah banyak rekan saya dari islam menjadi ateis.
Hidup disini merubah saya dari muslim palsu dulunya , menjadi diri saya sendiri. Mereka mengatakan ateis tidak punya moral. Mereka mengatakan bagaimana anda membuat peraturan anda. Mereka mengatakan apa yang menghentikanmu membuat kesalahan? Saya selalu menjawab dan mengatakan kesadaran sendiri. Tidak ada kekuatan yang lebih hebat dari perasaan bersalah.
Bila anda muslim atau religius, anda dapat berbuat salah dan kemudian minta ampunan atas dosa anda. Karena anda benar-benar yakin ia akan memaafkanmu, anda mengulangi kesalahan. Seorang ateis tidak mengharap tuhan memaafkannya. Ia akan memilih hidup dengan sadar dan tidak melakukan kesalahan atau bila ia salah, ia mencoba memperbaikinya.
Saya berjuang agar tidak ada anak, pria atau wanita merasakan apa yang saya alami. Bagi sahabat manusia saya yang muslim: saya mencintai kalian semua. Ya saya mencintai anda sepenuh hati, mohon maaf dengan apa yang anda yakini. Tolong ketahuilah kalau saya menulis ini atas dasar kasih dan bukan kebencian. Saya tidak meminta anda berubah dalam satu malam namun tolong buka mata anda sebentar dan lihatlah cahaya. Hati saya memanggil anda dan untuk setiap orang yang benar-benar ingin membuat perbedaan di dunia.
Kami tidak ingin yang lain terkecuali keberhasilan untuk semua kemanusiaan. Saya beberapa tahun lalu adalah murtadin yang kesepian di luar sana. Namun sekarang saya bergabung dengan jutaan murtadin setiap hari. Adalah terasa wajib bagi kita semua yang mengetahui kebenaran untuk berusaha sedikit saja untuk merubah dunia. Dan kita akan.
Saya membenci islam. Daripada menghabiskan bertahun-tahun belajar tentang islam, saya dapat belajar fisika dan astronomi. Sekarang saya berusia 22 tahun dan penuh energi serta logika; seorang pria yang tidak dapat kuliah, karena saya harus bekerja; seorang yang memimpikan setiap hari apa yang akan ia lakukan bila ia berkesempatan kuliah. Sebuah kesempatan yang lenyap karena islam. Islam adalah satu-satunya alasan saya disini. Saya masih muda dan telah berbuat banyak dalam hidup saya daripada orang seusia saya. Namun saya tahu bila islam tidak mengambil apa yang ia ambil dari saya, saya akan ada dimana saya mengimpikannya. Saya tidak akan pernah berhenti. Saya akan mencapai tujuan saya dan impian saya bahkan bila saya melakukan sesuatu yang mustahil. Saya akan kuliah, saya akan menjadi orang yang selalu saya impikan. Saya ingin menjadi seseorang dan membantu sesama manusia.
Saya hanya ingin sedikit dorongan untuk kembali ke jalan. Satu hari saya akan peroleh.
Bila anda bias bahasa Arab, silakan kunjungi www.ladeeni.net
Sumber : http://www.faithfreedom.org/testimonials.htm

Latifah

2005/01/23
Salam sejahtera Ali Sina!
Anda akan membaca sebuah kesaksian dari seorang mantan muslimah Pakistan yang kini tinggal permanent di Oz . Saya mestinya menulis kisah saya sejak dulu tapi saya tidak tahu bagaimana menyusunnya karena begitu banyak yang ingin saya utarakan. Kesaksian saya terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah kisah hidup saya (hanya untuk menunjukkan “manfaat” dari poligami dan “menghargai” wanita). Bagian kedua adalah daftar alas an kenapa saya meninggalkan islam. Namun pertama kali saya ingin berkomentar mengenai situs anda.
Saya telah menjadi muslim KTP untuk beberapa tahun namun saya tidak berani meninggalkan islam. Anda menjawab semua pertanyaan saya dan artikel anda tepat sasaran. Saya berharap anda tidak pernah berhenti menyerah. Saya menceritakan hal ini pada sahabat yahudi saya dan saya menawarkan situs anda kepadanya. Ia sangat terkesan dengan karya anda dan menceritakannya pada rabbinya. Mereka kini mempertimbangkan kemungkinan kalau anda adalah messiah mereka! Saya bukan seorang yahudi (saya menjadi ateis) namun saya masih berpikir kalau anda adalah orang paling cerdas dan paling luar biasa yang pernah saya temui (di internet maupun di dunia nyata). Bila Tuhan ada, maka saya yakin anda diutus olehNya untuk membebaskan dunia.
Saya bisa memuji anda beribu halaman namun saya rasa anda tahu semua kelebihan anda jadi saya berhenti disini.
BAGIAN I : KISAH SAYA
Saya lahir di Pakistan tahun 1975. ayah saya seorang bisnisman yang sukses dan ibu saya seorang ibu rumah tangga (apa lagi???). kakek saya tinggal bersama saya.
Ayah saya jauh lebih tua dari ibu saya (ia berusia 40 dan ibu saya 18 saat mereka menikah) dan seperti banyak pria ia terobsesi memiliki anak laki-laki. Saat ibu saya hamil ia senang. Namun saat saya (perempuan) lahir maka kegembiraannya pada kehamilan ibu berubah menjadi kemarahan. Ibu saya terpaksa meminta maaf karena melahirkan bayi perempuan namun ia tidak mau mendengarkan. Cintanya pada seorang wanita muda (ibu saya) lenyap saat itu.
Ayah saya bahkan tidak menghiraukan saya dan saat saya tumbuh hal ini mulai menyakitkan bagi saya. Tapi bukan itu saja. Ibu saya menyadari kalau sayalah penyebab masalahnya. Bila saya laki-laki hidupnya pasti berbeda. Ini benar tapi saya bukanlah yang mesti disalahkan atas hidupnya yang buruk. Sayangnya ia tidak memahami itu dan ia selalu sentiment dengan saya.
Satu-satunya manusia yang mencintai saya adalah kakek saya. Ia seorang pahlawan yang berusaha sebisa mungkin mendamaikan dalam pertengkaran keluarga kami. Ia sangat menyayangi saya. Sangat menyenangkan duduk dan mengingat kasih saying orang yang baik dan budiman seperti beliau. Sebagai seorang anak saya tidak mengerti mengapa setiap orang tidak menyukai saya. Saat saya berusia 15 tahun ia bercerita tentang peristiwa yang baru saja saya ceritakan. Itu terlalu berat buat saya tapi kakek saya berusaha meringankan penderitaan batin saya.
Tapi saya harus kembali ke kisah saya. Ayah saya tidak menyerah dan mengawini istri baru berharap ia akan melahirkan anak laki-laki. Sentiment ibu saya kepada saya terus bertambah. Ia tidak tahan lagi dengan saya. Ia jelas membenci saya.
Sahabat Ali Sina, dapatkah anda bayangkan kalau orang tua sampai hati membenci anaknya sendiri? Ada beberapa psikopat di Barat yang membenci anak mereka tapi mereka memiliki masalah kejiwaan. Di Negara Islam orang seperti itu bukan orang gila, tapi normal. Saya tidak mengatakan kalau keluarga saya adalah keluarga biasa namun keluarga seperti saya ini tidaklah langka. Ayah saya yakin kalau perbuatannya benar. Dan ia benar! Pengadilan menolak tuntutan cerai dari ibu saya!
Poligami yang dipuji oleh sarjana islam adalah penyebab ibu saya bunuh diri (saya akan menceritakannya nanti). Sebagian pria di barat memang punya selingkuhan. (BTW sebagian wanita di Barat juga punya selingkuhan pula!) Namun poligami dan pemerkosaan adalah dua hal yang berbeda bukan?
Maka hidup saya sulit tapi saya menolak untuk menyerah. Saya hidup dan memimpikan imigrasi ke sebuah negara dimana tidak seorangpun mengenal saya.
Saat saya berusia 10 tahun istri kedua ayah saya melahirkan seorang anak laki-laki. Ayah saya begitu gembira dan ia berterima kasih pada istrinya yang memberi begitu banyak keceriaan dalam hidupnya. Ibu saya tidak tahan melihat hal itu dan ia bunuh diri. Sejujurnya saya memahaminya.
Saya terjatuh kedalam depresi yang mendalam. Ayah saya sama sekali tidak mencintai saya. Haruskah saya katakan juga kalau ibu tiri saya bukan hanya membenci saya, namun juga berusaha menyingkirkan saya?
Saat saya berusia 20, ayah saya memutuskan menyingkirkan saya dan mengirim saya ke Australia untuk meneruskan pendidikan. Itu sangat mahal namun keinginannya mengirim saya sejauh mungkin dari Pakistan begitu kuat sehingga ia setuju membayarnya. Itulah satu-satunya perbuatan baik yang dilakukan ayah pada saya. Saya begitu menyukai Barat sejak anak-anak dan ayah tahu itu. Mungkinkah ayah sesungguhnya tulus berbuat baik kepada saya?
Saya datang ke Australia dan mesti memulai hidup saya disini. Maka saya melepas hijab saya karena saya tidak akan pernah mandiri di negara ini bila saya memakai bercadar. Saya berpikir kalau Allah akan mengampuni saya dan suatu hari saya akan menjadi muslim yang sejati lagi.
Tapi saya tidak lagi seorang muslim!
ALASAN 2 : KENAPA SAYA MENINGGALKAN ISLAM
- Ingatan masa kecil saya begitu berbeda dengan masyarakat barat. Saya tidak berbicara tentang ibu atau ayah saya tapi mengenai dongeng dan mainan. Anak barat mendengarkan orang tua mereka menceritakan dongeng tentang ksatria dan raja namun saya mendengar mengenai neraka dan apa yang terjadi pada saya bila saya tidak menjadi muslimah yang beriman. Saya punya beberapa mainan tapi begitu membosankan dan begitu islami.
- Ada terlalu banyak kekerasan dalam al Quran. Saya telah membaca separuh Perjanjian Baru dan belum menemukan kekerasan sejauh itu. Yesus Kristus memerintahkan pengikutnya mencintai tetangga, musuh dan semua orang. Ada sebagian kristen yang menyakiti orang dan berbuat jahat namun mereka bukan orang kristen karena injil tidak membenarkan kejahatan demikian. Tentu saja ada muslim yang damai pula namun mereka bukan muslim karena Quran mengajarkan kekerasan. Saya punya banyak teman kristen dan mereka semua orang yang hebat. Bahkan saat saya berkata kalau saya seorang muslim mereka tidak ingin membunuh saya karena saya orang kafir bagi mereka. Kristen tidak membunuh murtad tapi muslim membunuh murtad karena quran memerintahkan demikian. Ada banyak orang kristen yang pindah menjadi buddhis namun saya belum pernah mendengar adanya pendeta yang membunuh mereka. Dan orang-orang ini tidak menyembunyikan identitas mereka seperti yang kita lakukan.
-Muhammad adalah orang yang buruk seperti yang ditunjukkan artikel anda. Saya sepenuhnya setuju dengan anda tapi mengapa anda berpikir kalau begitu banyak orang mengikutinya. Saya rasa karena ia merupakan agama yang sangat nyaman bagi sebagian orang.
-Islam tidak menghormati wanita. Hidup saya adalah contoh nyata namun saya tidak berpikir kalau islamlah penyebabnya. Artikel anda menjelaskan segalanya pada saya.
-Sebagian besar teroris adalah muslim. Ini bukan kebetulan dan islam adalah sumber kebencian dan kegilaan mereka.
Saat ini saya sepenuhnya bebas menentukan apa yang saya mau. Saya putuskan menjadi seorang ateis namun saya sedang belajar buddha sekarang jadi mungkin saya akan memeluk agama kedamaian yang sesungguhnya ini. Pacar saya seorang muslim dan ia memutuskan meninggalkan islam pula. Keyakinannya tidak sekuat saya dan lebih mudah baginya meninggalkan islam. Anda membebaskan dua orang lagi.
Saya harap cerita saya tidak membosankan dan anda senang membacanya. Situs anda adalah permata kecerdasan dan kebebasan.
Best regards,
Latifa
Sumber: Latifa's story http://www.faithfreedom.org/testimonials.htm

Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 License